Mengenang Sejarah Singkat G30S PKI (Gerakan 30 September)

Mastah, Mengenang Sejarah Singkat G30S PKI (Gerakan 30 September) – Kota Madiun yang berada di antara Gunung Lau dan Pegunungan Willis telah mengalami perang saudara selama 74 tahun.

Diperkirakan ribuan orang tewas dalam insiden kekerasan ini, tidak hanya dari kelompok Islam dan perwakilan pemerintah, tetapi juga dari lawan mereka, yaitu para pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dan pendukungnya.

Sejarah resmi kemudian mencatatnya sebagai Pemberontakan Madiun 1948 oleh PKI, meski masih diwarnai perdebatan di kalangan sejarawan – bahkan sampai sekarang.

Pada akhirnya, peristiwa ini selalu dikaitkan dengan gerakan 30 September 1965, peristiwa yang melibatkan tokoh utama yang sama, PKI. Peristiwa ’48 telah lama menjadi dasar pembenaran atas pembantaian ratusan ribu orang yang diduga komunis terlibat dalam PKI pasca pecahnya G30S ’65. Orang-orang dalam pusaran konflik tahun 1948 telah tiada, tetapi kenangan akan tragedi itu masih beredar.

Gerakan 30 September atau G30S menjadi salah satu peristiwa bersejarah yang masih melekat dalam ingatan rakyat Indonesia.Peristiwa kelam tersebut dilakukan oleh salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia saat itu, Partai Komunis Indonesia (PKI).

Awalnya, tujuan PKI hanyalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. Namun, pada akhirnya terjadi kekacauan hingga merenggut nyawa beberapa jenderal.Lantas bagaimana sebenarnya sejarah terjadinya G30S PKI dan siapa saja jenderal yang menjadi korban?

Sejarah Singkat G30S PKI

Gerakan 30 September 1965 PKI atau G30S PKI merupakan sebuah pengkhianatan terbesar yang dialami bangsa Indonesia.
Peristiwa ini terjadi tengah malam tepat saat pergantian hari dari Kamis, 30 September 1965 menjadi Jumat, 1 Oktober 1965.

Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengganti ideologi negara Indonesia menjadi komunisme.
Saat itu, G30S PKI dipimpin oleh Dipa,Nusantara Aidit atau sering dikenal dengan nama DN Aidit.
DN Aidit gencar memberikan hasutan kepada seluruh masyarakat untuk mendukung PKI dengan iming-iming Indonesia akan lebih maju dan sentosa.

Hingga pada suatu ketika, Komandan Batalyon I Cakrabirawa, Letnan Kolonel Untung Syamsuri, memulai gerakan ini dengan aksi bersenjata dimulai dari Jakarta dan Yogyakarta.Bersama pasukannya, Letnan Kolonel Untung awalnya mengincar para jenderal dan perwira tinggi dengan maksud untuk diculik ke Lubang Buaya.

Namun, ada beberapa prajurit Cakrabirawa yang memutuskan untuk membunuh dewan jenderal dan perwira tinggi.Dalam peristiwa G30S PKI menewaskan tujuh Pahlawan Revolusi Indonesia, dengan enam jenderal dan satu letnan TNI AD di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Jenazah para Pahlawan Revolusi tersebut, ditemukan pada 4 Oktober 1965 dalam sebuah lubang berdiameter 75 cm dengan posisi kepala berada di bawah dan saling bertumpuk.

Meninggalkan daerah Lubang Buaya pada tengah malam, tepat saat pergantian hari, dari Kamis, 30 September 1965 menjadi Jumat, 1 Oktober 1965.

Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI

Ketujuh jenderal yang dibantai oleh PKI di antaranya:

1.      Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani

2.      Letjen Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono

3.      Letjen Anumerta Raden Soeprapto

4.      Mayjen Anumerta Donald Isaac Panjaitan

5.      Letjen Anumerta Siswondo Parman

6.      Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

7.      Kapten Pierre Andreas Tendean.

Itulah sejarah singkat dan daftar pahlawan yang menjadi korban kekerasan PKI