Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu Kimia di Zaman Kuno

Sejarah Singkat Perkembangan Ilmu Kimia di Zaman KunoKimia merupakan salah satu sains utama. Ahli kimia mempejari berbagai zat di dunia, dengan fokus utama pada proses perubahan satu zat ke zat lainnya. Sekarang, kimia adalah studi komposisi dan sifat unsur dan senyawa, struktur molekulnya, dan reaksi kimia yang dilaluinya. Konsep-konsep modern memiliki akar sejarah yang panjang dan akan kita telusuri sekarang.

Filsuf kuno tidak memahami kalau pada dasarnya semua materi terdiri dari kombinasi beberapa lusin unsur yang kita pahami sekarang. Pemikiran kritis paling awal mengenai sifat zat, sejauh yang kita peroleh dari sejarah, berasal dari para filsuf yunani kuno tahun 600 SM. Thales dari Miletus, Anaximander, Empedocles dan lainnya mengetengahkan teori-teori mereka bahwa dunia tersusun dari keanekaragaman benih, materi tanpa batas, air, tanah, api atau udara. Leucippus dan Democritus sebaliknya, mengetengahkan teori kalau dunia tersusun dari materi sangat kecil yang tidak dapat lagi dipecah dan materi ini mereka sebut atom. Pada abad ke-4 SM, Plato (dipengaruhi ajaran Pitagoreanisme) mengatakan kalau dunia inderawi hanyalah bayangan dari dunia matematis yang berada di luar kemampuan persepsi manusia.

Sebaliknya, siswa Plato bernama Aristoteles, melihat dunia inderawi dengan serius. Dengan mendasarkan diri pada pandangan Empedocles, kalau daerah bumi tersusun dari tanah, air, udara dan api, Aristoteles mengajarkan kalau tiap materi ini adalah kombinasi dari kualitas seperti panas, dingin, lembab dan kering. Bagi Aristoteles, “unsur-unsur” ini bukanlah balok utama materi seperti yang diajarkan sekarang, tapi diperoleh dari kualitas yang diberikan oleh materi prima. Akibatnya, ada banyak jenis tanah, misalnya, dan kita hanya bisa mengubah satu tanah menjadi lainnya dengan menyetel kualitasnya. Karenanya, Aristoteles menolak spekulasi atomik kuno dan gagasan partikel dasar. Pandangannya sangat dipercaya pada masa sesudahnya hingga Abad Pertengahan.

Selama ribuan tahun sebelum Aristoteles, para pandai besi, pembuat keramik, dan pembuat benang telah mengembangkan keahlian mereka dengan pengetahuan empiris langsung mengenai proses kimia. Di masa Yunani dan Romawi Kuno, keahlian mereka sudah cukup maju, dan keramik, gelas, pewarna, obat, baja, perunggu, kuningan, campuran emas perak, bahan makanan dan banyak produk kimia lainnya menjadi barang perdagangan. Aleksandria yang bernafaskan Yunani di Mesir menjadi pusat seni kerajinan ini dan dari sanalah muncul gagasan ilmu kimia yang disebut alkimia.

Di India, gagasan teori atom juga muncul. Menurut Durant, dua sistem pemikiran Hindu memiliki kesamaan dengan yang muncul di Yunani. Kanada, pendiri filsafat Vaisheshika, mengatakan kalau dunia terdiri dari atom yang jenisnya sama banyaknya dengan jenis unsur yang ada. Para penganut Jain lebih dekat dengan gagasan Democritus dengan mengatakan kalau semua atom adalah sama. Mereka menghasilkan efek yang berbeda tergantung kombinasinya. Kanada percaya kalau cahaya dan panas adalah keragaman zat yang sama; Udayana mengajarkan kalau semua panas berasal dari matahari; dan Vachaspati, seperti halnya Newton, menafsirkan cahaya sebagai zat yang tersusun dari partikel-partikel kecil yang dipancarkan oleh zat dan mengenai mata.