Alkimia – Sejarah Misteri dan Konspirasi

Alkimia – Berbagai gagasan dan keahlian menyumbang pada alkimia. Pertama adalah kepuasan empiris dari para pengrajin permata, emas dan perak, dan seniman lainnya yang telah belajar bagaimana membentuk bahan mulia dan separuh mulia. Diantara keahlian mereka antara lain peleburan, pengujian, pemaduan, penyepuhan, pelapisan, penyulingan, penyubliman, pelukisan dan perekatan.

Komponen kedua adalah teori materi Yunani, khususnya filsafat Aristoteles, yang mengatakan adanya tak terhingga jumlah bentuk perubahan materi dari satu jenis ke jenis lainnya. Akar ketiga alkimia berasal dari kombinasi gagasan yang diambil dari filsafat dan agama Asia, agama misteri Yunani, dan tulisan Hermetik (kumpulan tulisan Yunani kuno dengan pengarang bernama samaran mengenai sihir, astrologi dan alkimia yang dinisbahkan pada Thoth, tuhan Mesir, atau Hermes Trismegistos untuk tuhan yunani). Perlu dicatat kalau Mesir Yunani adalah salah satu daerah asal alkimia; sementara di saat yang sama, alkimia juga berkembang di Persia, China, dan tempat lainnya.

 

Misteri Dan Konspirasi

Secara umum, ahli alkimia berusaha memanipulasi sifat materi menjadi zat yang lebih berharga. Usaha penaklukkan besar mereka adalah menemukan batu filsuf, sebuah zat ajaib yang dapat mengubah logam biasa seperti tembaga, timah, besi, atau timbal menjadi perak atau emas. Bahan penting dalam keterampilan ini termasuklah belerang, air raksa dan elektrum (sebuah campuran emas-perak). Walau begitu, banyak ahli alkimia lain menghindari transmutasi alkimia (aurifikasi) ini dan mengabdikan dirinya untuk mencari zat farmasi yang disebut “eliksir kehidupan”. Zat ini diduga akan mampu menyembuhkan segala jenis penyakit, bahkan mencegah kematian. Batu filsuf dan eliksir kehidupan dapat dipandang usaha penaklukkan yang sejajar, karena masing-masing akan “menyembuhkan” logam atau tubuh manusia, dan memberikan kesempurnaan abadi. Ada pula dimensi religius yang sejajar dengan ini. Dan akhirnya, beberapa ahli alkimia menghindari manipulasi materi seluruhnya dan mengasingkan diri untuk bermeditasi mencapai kemurnian jiwa dan ketenangan abadi.

 

Sejarah Alkimia

Setelah kemunculan Islam, para sarjana berbahasa Arab dari abad ke-9 menerjemahkan karya ilmiah dan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Setelah itu, para filsuf di dunia islam mengejar gagasan kimia dan alkimia dengan antusias dan kesuksesan besar. Sejumlah besar istilah kimia modern berasal dari bahasa Arab – alkohol, alkali, alkimia, zirkon, eliksir, natron dan lainnya – menunjukkan betapa pentingnya periode ini dalam sejarah kimia. Salah satu gagasan utama di zaman alkimia Arab pertengahan adalah teori kalau semua logam terbentuk dari belerang dan air raksa dalam berbagai perbandingan dan kalau pengubahan pada perbandingan ini dapat mengubah logam yang sedang dipelajari – yang bahkan dapat membuatnya dari besi atau timbal menjadi perak atau emas. Walau begitu, tidak semua ahli alkimia percaya hal ini. Tentunya kita tidak bisa membandingkan dengan teknologi yang sekarang ini dan mengatakan kalau kita lebih cerdas dari mereka karena memang pada masa itu pengetahuan baru saja berkembang.

Selanjutnya, para sarjana kristen dari eropa barat mempelajari karya yunani kuno dan filsafat arab pertengahan awal dengan menerjemahkan buku mereka ke bahasa latin. Karenanya, tradisi alkimia bersama dengan filsafat dan korpus ilmiah Arab-Yunani menyebar ke barat pada abad ke-12. Filsuf terkenal di abad ke-13 seperti Roger Bacon di Inggris dan Albertus Magnus di Jerman dan Perancis, membahas mengenai alkimia. Bersama dengan literatur ini, seni kimia empiris terus berkembang dan membangun kotak-kotak antara seniman, insinyur dan mekanik.

Seorang alkimiawan penting akhir abad ke-13 adalah seorang penulis latin yang memakai nama palsu dengan menyebut namanya Geber. Nama ini merupakan nama asli dari alkimiawan Arab abad ke-8 bernama Jabir Ibnu Hayyan. Geber adalah orang pertama yang merekam metode untuk penyiapan dan penggunaan asam sulfat, asam nitrat dan asam hidroklorik. Ini bukti nyata bahwa di masa ini, pengetahuan mengenai penyulingan alkohol baru berkembang dimasa ini. Zat ini hanya dapat dibuat dengan teknik baru yang lebih teliti dan efisien dari pendahulunya, dan kemunculan material baru ini memberi perubahan dramatis dalam ilmu kimia.

Zaman Pencerahan lebih tertarik lagi pada sains. Fisiolog Jerman-Swiss, Paracelsus, meneliti alkimia, kabbala, astrologi dan sihir, dan di paruh pertama abad ke-16, ia menjadi ahli mineral besar ketimbang dokter herbal. Penekanannya pada kimia untuk farmasi dan pengobatan berpengaruh bagi penerusnya, dan kontroversi terjadi mengenai pendekatan yang digunakan Paracelsus pada abad ke-17. Secara perlahan, pengaruh Hermetik menurun di Eropa karena telah terbukti beberapa kali kalau klaim pembuatan emas (aurifikasi) dari materi lain ternyata termasuk penipuan, karena cara tersebut hanya membuat logam terlihat seperti emas.

Alkimia dapat disebut sebagai sains karena dalam beberapa aspek terdapat penyelidikan empiris dengan semangat berpikiran terbuka. Alkimia banyak memberikan sumbangan ilmiah di abad-abad ini, seperti Robert Boyle dan Issac Newton dari Inggris – para pahlawan revolusi ilmiah abad ke-17 – yang menerapkan metode sistematik dan kuantitatif dalam studi alkimia mereka (sebagian besar di buat secara rahasia). Pada akhir abad ke-17, sedikit sekali perbedaan antara alkimia dan kimia, baik secara dasar maupun semantik, karena kedua istilah ini digunakan untuk menunjukkan gagasan yang sama. Hanya pada awal abad ke-18 para ahli kimia membakukan definisi mengenai kedua istilah ini, dan membuang alkimia sebagai sebuah takhayul pseudo ilmiah.