Apa itu Wahabi?

Wahabi atau biasa disebut sebagai wahabisme adalah sebuah aliran reformasi keagamaan dalam agama islam. Aliran ini dibawa oleh seorang teolog Muslim bernama Muhammad bin Abdul Wahhab yang berasal dari Najd, Arab Saudi abad ke-18. Aliran wahabi dikenal sangat keras, sangat konservatif atau biasa disebut orang-orang puritan.

Para pendukung aliran wahabi mempercayai bahwa ini merupakan gerakan reformasi islam untuk mengembalikan setiap sendi kehidupan pada nilai-nilai atau ajaran islam yang murni. Kembali pada ajaran islam yang sesungguhnya yakni dari Qur’an dan Hadist, bersih dari segala kemunkaran seperti syirik kecil, bid’ah dan khurafat. Meski ada pendukung dan pengikutnya, sebagian besar muslim di dunia mengatakan bahwa ini adalah gerakan sektarian yang menyimpang atau sekte keji.

Pembahasan Apa itu Wahabi

Orang-orang wahabi pada mulanya tidak menyukai istilah yang disematkan pada pendukung gerakan baru ini. Mereka menamakan diri sebagai salafi atau gerakan salafiyah. Seorang penulis dari Arab juga mengatakan bahwa penyebutan wahabi tidak sesuai dengan bahasa arab karena semestinya aliran ini disebut sebagai Muhammadiyah, hal ini karena pembawanya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab, bukan ayahnya Abdul Wahhab.

Terlepas dari apapun istilahnya, wahabi merupakan gerakan islam sunni yang bertujuan untuk memurnikan ajaran islam dari ajaran atau praktik-praktik yang dianggap menyimpang seperti perbuatan syirik, ilmu hitam, penyembahan berhala, beribadah di kuburan, bid’ah dan khurafat.

Sejarah

Gerakan wahhabi dimulai dari wilayah yang terpencil dan gersang yaitu Najd. Ketika kesultanan Utsmaniyah runtuh akibat perang dunia I, kemudian digantikan dinasti Al Saud yang ternyata pendukung utama wahhabisme. Ajaran wahhabi pun menyebar ke kota-kota suci seperti Mekkah dan Madinah. Ketika kerajaan Saudi menemukan minyak di teluk persia, mereka mulai mendapatkan akses untuk ekspor dan pendapatan yang mereka dapat dari ekspor digunakan untuk menyebarkan dakwah wahhabi melalui buku, media, sekolah-sekolah, universitas, masjid, beasiswa hingga membiayai ilmuwan islam sehingga wahhabisme memiliki posisi yang kuat secara global.

Di Indonesia sendiri, wahhabisme juga masuk pada abad ke-19 pertama kali dibawa oleh orang-orang Minangkabau yang bermula dari tiga orang haji yakni Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Tiga orang haji ini melaksanakan ibadah haji yang pada saat itu kota Mekkah dikuasai oleh orang-orang wahabi. Pengaruh aliran ini terlihat pada penentangan hal-hal yang dianggap bid’ah seperti penggunaan tembakau sebagai sirih pinang atau rokok serta pemakaian baju sutra.

Perkembangan wahhabi di Indonesia pun cukup keras dimana saat itu tiga sosok haji yang disebut sebagai Tuanku Nan Renceh memaksakan ajaran mereka ke daerah Minangkabau dan didukung oleh orang-orang Paderi. Karena pemaksaan inilah mengakibatkan perang yang disebut perang Paderi dan dapat berakhir karena campur tangan kolonial Belanda.

Kritik Muslim lain terhadap wahabi

Berikut ini adalah beberapa kritik yang disampaikan oleh umat Muslim yang lain terhadap ajaran yang dibawa oleh para pendukung wahhabi.

1. Pada praktiknya wahhabisme berkembang sebagai sebuah paham yang keras, kaku, ketat dan tidak mengenal kompromi. Sebagian dari kalangan yang menentang wahhabi, menyebutkan bahwa mereka telah melampaui batas dalam menetapkan definisi tauhid. Pendukung wahhabi terlalu cepat dan mudah mengkafirkan seorang Muslim yang mereka tuduh berbuat sesat dan melanggar hukum Islam. Artinya, mereka tidak mengenal konsep taubat dan pengampunan sebagai sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah.

2. Wahhabi tidak memiliki kaitan dengan gerakan kebangkitan islam lainnya. Selain itu, kesepakatan antara Al Saud dengan wahhabisme lebih berkaitan dengan praktik penyerbuan tradisional Najd dan perjuangan naluriah untuk bertahan hidup dan nafsu untuk mencari keuntungan semata.

Namun, sebagian ulama lain mendukung gerakan wahabi karena dianggap sebagai upaya untuk memberantas kesyirikan dan kemungkaran. Kedua pandangan ulama yang saling bertolak belakang ini dapat disikapi sesuai dengan kemantaban hati masing-masing individu.